BERITA PERISTIWA – Dunia olahraga Kabupaten Lahat kembali dirundung kabar kurang menyenangkan. Atlet panjat tebing yang selama ini menjadi andalan daerah harus gigit jari karena tidak didaftarkan oleh KONI Kabupaten Lahat untuk berlaga pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sumsel XV di Musi Banyuasin tahun 2025.
Padahal, cabang olahraga (cabor) panjat tebing melalui Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Lahat menjadi salah satu penyumbang medali terbesar pada Porprov 2023 lalu. Saat itu, FPTI Lahat sukses mempersembahkan 8 medali emas, 5 perak, dan 10 perunggu, sekaligus menempatkan Lahat di posisi runner-up Sumsel. Bahkan, salah satu atletnya dipercaya mewakili Sumsel di ajang PON XXI/2024 di Aceh.
Namun prestasi tersebut seolah tak berarti. Ketua FPTI Lahat, Ahmad Salam Resmiadi, mengaku terkejut karena cabor panjat tebing tiba-tiba tidak didaftarkan.
“Sampai sekarang kami juga tidak tahu mengapa cabor kita tidak masuk daftar KONI. Padahal prestasi sudah jelas. Ini sangat merugikan atlet yang sudah berlatih keras bertahun-tahun,” ujarnya.
Meski kecewa, pihak FPTI tetap berusaha mencari solusi dengan melakukan koordinasi ke KONI Sumsel dan FPTI Sumsel agar atlet mereka tetap bisa ikut serta meski tanpa dukungan KONI Lahat.
“Kita tetap on the track. Atlet tetap latihan sesuai jadwal. Kami minta mereka fokus dan tidak patah semangat dengan kondisi ini,” tegas Resmiadi.
Senada, Ketua Harian FPTI Lahat, Heri Hartono, menjelaskan bahwa pihaknya sudah beberapa kali menyurati KONI Lahat untuk menanyakan kepastian pendaftaran. Dari surat resmi pertama pada 30 Juli 2025 hingga surat kedua pada 8 Agustus 2025, tak kunjung ada jawaban.
Baru pada 12 Agustus 2025, KONI Lahat membalas dengan alasan FPTI tidak menyerahkan data atlet, pelatih, dan perolehan medali Porprov 2023 sesuai tenggat waktu.
“Selama kepemimpinan KONI yang baru, kami tidak pernah menerima surat resmi terkait permintaan data itu. Jadi alasan tersebut kami anggap tidak jelas,” kata Heri.
Sementara itu, manajemen PT Bukit Pembangkit Innovative (PLTU Banjarsari) selaku bapak asuh FPTI Lahat, memilih berhati-hati menanggapi polemik ini.
Tommy, perwakilan CSR perusahaan, hanya menyebut pihaknya akan menjadikan situasi ini sebagai bahan evaluasi.
“Kami cukup terkejut, karena tolak ukur pembinaan adalah kompetisi. Ini akan jadi catatan kami dalam melanjutkan program CSR olahraga di Kabupaten Lahat,” pungkasnya.
Kini, masa depan atlet panjat tebing Lahat di Porprov 2025 masih abu-abu. Publik menanti langkah konkret KONI Sumsel, apakah tetap membuka peluang bagi atlet berprestasi ini, atau membiarkan mereka kehilangan panggung di level provinsi.